top of page

Ubah Paradigma BMI dengan Karya


Etik Nurhalimah dengan buku karyanya, Wanita di Balik Badai (Foto: Istimewa)


Ketika seseorang sibuk bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, seringkali tidak terpikirkan untuk menuntut ilmu hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Inilah paradigma yang tumbuh di masyarakat. Namun, tidak demikian bagi Etik Nurhalimah, salah seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) yang sehari-hari bekerja merawat seorang lansia di New Taipei City, Taiwan. Wanita kelahiran Talang Padang, Lampung Selatan, 18 Mei 1984 ini membuktikan bahwa seorang BMI tidak hanya bisa menjadi buruh. Selain bekerja mengurus Lansia, Etik juga aktif menjadi jurnalis, penulis buku sekaligus menuntut ilmu di Universitas Terbuka di Taiwan.


Pemilik nama pena Etty Diallova ini telah menerbitkan sekitar 65 buku antologi cerpen dan puisi karya bersama dan satu buku solo. Buku solonya, bertajuk “Wanita di Balik Badai” di-launching akhir 2015 lalu. Buku tersebut berisi kumpulan kisah tentang ketegaran seorang wanita mengarungi kerasnya kehidupan.

“Wanita yang sering dipandang sebelah mata, justru menjadi penopang kehidupan. Karena tidak sedikit kaum hawa yang juga bekerja, disamping tugas pokoknya mengurus suami, anak, dan keluarga,” kisah Etty.


Reporter Yin-Ni Hao! ini terjun dalam dunia tulis menulis sejak di bangku sekolah dasar. Sejak duduk di bangku kelas 4, Etty sering mewakili sekolah dalam lomba puisi hingga tingkat kecamatan. Ketika SMP, ia aktif menjadi pengurus OSIS sekolahnya, dan ketika SMK Etty mengurus Mading sekolah.


Kegiatannya menulis sempat terhenti ketika menjadi BMI. Hingga pada Maret 2015, Etty bergabung dengan sebuah komunitas kepenulisan. Etty kembali menemukan jiwanya. Ia mulai aktif menulis buku, menjadi jurnalis lepas beberapa media, dan aktif dalam organisasi sosial. Menjalani berbagai peran dalam waktu yang bersamaan tentu tidak mudah. Ketua Divisi Humas BEM UT Taiwan ini mengatakan, ia harus pandai-pandai mengatur waktu.


“Siang untuk bekerja, istirahat siang cari bahan tulisan, malamnya fokus menulis dan belajar,” tuturnya.


Keluarga, terutama anak, menjadi sumber semangat Etty yang utama. Ketika down, doa dan semangat dari keluarganya di tanah air selalu menjadi pemantik api semangat Etty. Bahkan, anaknya seringkali menjadi inspirasi dari lahirnya karya-karya Etty. Selain keluarga, motivasi Etty dalam berprestasi adalah ingin mengharumkan nama bangsa melalui karya-karyanya. Ia membuktikan bahwa sebagai BMI ia bisa menjadi manusia cerdas yang fleksibel dan bisa bertahan dalam kondisi apapun.


Produktivitas Etty dalam menulis karya fiksi berbuah manis. Beberapa kali Etty mendapatkan juara dalam berbagai kompetisi menulis, diantaranya Juara II Lomba Menulis Dongeng Komunitas Penulis Kreatif (KPKers) Surabaya tahun 2015, Juara I dan Juara II Lomba Menulis Puisi KPKers Taiwan, Juara III Lomba Menulis Puisi bersama Penerbit Genta Buana. Etty juga pernah menjadi narasumber Radio Taiwan-Indonesia untuk mengisi acara Wanita di Perantauan dan Bilik Sastra.


“Untuk sobat BMI, manfaatkan waktu sebaik mungkin. Isilah hari libur dengan melakukan kegiatan positif, jangan suka menghambur-hamburkan uang. Takutnya kontrak habis, habis juga penghasilannya. Dan, jangan lelah untuk belajar, karena ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga,” tutur penulis yang bermotto “Tiada hari tanpa menggores” ini.


Kategori
Tautan
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page