top of page

Kontemplasi Kayuhan Sepeda


Muhammad Farid dengan sepedanya menjelajahi Taiwan (Foto: Istimewa)

Bersepeda adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh Muhammad Farid, Ph.D Student NKUAS, Kaohsiung, Taiwan. Bersepeda merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidupnya. Karena anjuran dokter, untuk sementara waktu dia belum bisa mengayuh sepeda hingga dua bulan terakhir. Oleh karena itu, dia hanya mengayuh sepeda dengan jarak tempuh dekat, yaitu seputar kawasan kampus, warung vegetarian food, dan pasar tradisional. Beberapa bulan kemudian, akhirnya ia memberanikan diri mengayuh sepeda dengan jarak tempuh yang lebih jauh.


Rute perdananya adalah dari kampus menuju love river. Dengan google map, diketahui bahwa jarak tempuh ke tujuan sekitar 5,5 km. Jalur ini menjadi pilihan, mengantisipasi bila kondisi fisik tidak bersahabat dapat menggunakan bus kembali ke kampus. Tidak sampai 15 menit, keringat mengucur deras. Maklum, Taiwan memasuki musim panas.


Berbekal kamera dan tripod, beberapa hasil jepretan jelang sunset hingga langit gelap dapat diabadikan. Tiga setengah kilometer masih menanti, dugaan awal pun terjadi. Kaki tak lagi mampu untuk mengayuh sepeda dan hanya sampai di main station. Dengan menunggu sekitar 10 menit, datanglah bus menuju kampus. Karena menggunakan sepeda lipat, sepeda tersebut dapat dibawa naik ke transportasi umum. Setiba di depan kampus, ia kembali menyusuri jalan di samping kampus menuju asrama. Diantara kayuhan sepeda ia kembali mengenang 20 tahun silam di waktu yang sama.


Sepulang sekolah melanjutkan bekerja di sebuah bengkel sepeda motor di ujung salah satu jalan raya di kota Makassar. Sebelum maghrib tiba, melanjutkan bekerja di toko milik kakek hingga pukul sembilan malam. Sepulang bekerja, di pertengahan jalan, tepat melintas di depan rumah sakit bersalin, kontemplasi pun seketika terjadi. Kontemplasi biasanya terjadi di rumah ibadah atau di tempat tenang agar lebih konsentrasi. Sambil mengayuh sepeda melintasi jalan yang padat lalu lintas dan merenung, mungkin bukan pilihan bijak. Menyusuri jalan sepi, jalan setapak, atau lorong bisa menjadi alternatif bagi ruang imajinasi.


Memikirkan kondisi yang penuh perjuangan hingga terlintas "bagaimana masa depanku kelak, akankah berubah atau kembali menembus dinginnya malam setiap hari". Bersepeda sejak dibangku SD hingga STM (SMK), menjalani proses ini dengan sabar dan penuh semangat. Pagi hari harus tiba di sekolah Pukul 07.00 dan tiba di rumah pukul 21.45, rutinitas ini berlangsung hingga lulus STM.


Waktu pun cepat berlalu, malam ini kontemplasi kembali berulang. Puji syukur kehadirat Allah SWT, kayuhan sepeda kini menyusuri Chunyang St. menuju gerbang kampus belakang. Tuhanku betapa kasih sayangMu banyak tercurah pada hamba, dapat merasakan karunia tak terhingga dariMu di atas sepeda lipat ini.


Kategori
Tautan
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page