Indonesian Culture Exhibition Memukau Warga Asing di Taiwan
- Penulis: Inda Karsunawati; Editor: Betty Naibaho
- Mar 22, 2017
- 2 min read

National Taiwan University of Science and Technology - Indonesian Student Association (NTUST - ISA) atau Himpunan Mahasiswa Indonesia di National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) sukses menggelar Indonesian Culture Exhibition (ICE) yang ke-12.
Rangkaian acara ICE ini dimulai dengan pameran seni dan kebudayaan Indonesia pada tanggal 13-14 Maret di Exhibition Hall, International Building, NTUST, dan ditutup dengan acara Cultural Art Performance pada tanggal 18 Maret 2017. Acara exhibition dimeriahkan dengan booth-booth yang memamerkan pesona wisata, makanan dan minuman khas, pakaian adat, permainan, beladiri, tarian serta musik tradisional dari Indonesia. Pameran yang dibuka dua hari tersebut menarik banyak pengunjung dari berbagai negara, khususnya warga lokal Taiwan.
Sementara itu, acara Cultural Art Performance, menampilkan tari-tarian dan lagu daerah dari Indonesia, yang dibawakan dalam sebuah alur drama bertema “Harmony in Our Archipelago.” Vice President NTUST Prof. Yi-Hsu Ju, Ph.D., Director of International Education NTUST Prof. Alicia D. Lyold, Wakil Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei Siswadi T. Sibero, dan Ketua NTUST ISA Marojahan Tampubolon membuka acara dengan membunyikan angklung bersama-sama.
Dalam sambutannya, Alicia mengapresiasi mahasiswa Indonesia yang telah mempersiapkan acara ini. “It is very great. Setiap tahun ICE berjalan dengan baik dan menarik. Kami kagum pada kerja keras mahasiswa Indonesia, kecintaan mereka pada negaranya, keramahan mereka, kekayaan budaya, keberagaman mereka namun tetap hidup dalam harmoni. Indonesia bisa menjadi contoh bagi kita, bagaimana hidup berdampingan dalam keberagaman,” ungkapnya.
Senada dengan Alicia, Yi-Hsu mengungkapkan mahasiswa Indonesia telah membuat NTUST menjadi lebih berwarna. Sementara itu, Siswadi berterimakasih kepada NTUST yang telah memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar, dan berharap agar ke depan kerjasama bidang pendidikan antara Indonesia-Taiwan bisa ditingkatkan.

Diceritakan, tiga orang pemuda dari etnis yang berbeda tanpa sengaja bertemu dan akhirnya bergabung dalam sebuah misi pencarian harta karun. Sang Kapten memberikan peta sebagai penunjuk jalan pada ketiganya untuk mencari harta karun tersebut. Dalam pencariannya menemukan harta karun, mereka melewati berbagai pulau dan daerah di Indonesia.

Mulai dari Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, hingga sampai di Bali. Selama di perjalanan tersebut mereka menyaksikan aneka kebudayaan seperti tari Sajojo (Papua), tari Lenso (Sulawesi), tari Kayau (Kalimantan Tengah), lagu Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat), tari Saman (Aceh), tari Rantak (Sumatera Barat), Lenggang Nyai (Jakarta), Bajidor Kahot (Jawa Barat), Gebyar Batik (Yogyakarta), lagu Rek Ayo Rek (Surabaya), tari Cenderawasih dan Kecak (Bali).


Cerita berakhir ketika ketiga pemuda tadi menemukan kotak harta karun di Bali. Ketika dibuka, isi kotak tersebut ternyata bukan harta seperti yang mereka bayangkan. Kotak itu berisi angklung dan bendera merah putih. Sang Kapten pun datang dan menghampiri mereka, mengucapkan selamat karena telah berhasil menemukan harta karun tersebut. Harta karun yang dimaksud adalah pelajaran hidup yang diperoleh selama perjalanan. Kebersamaan mereka, serta kebaikan hati orang-orang yang telah mereka temui sepanjang perjalanan mampu mengubah cara pandang mereka menjadi lebih positif.


Menariknya lagi, acara Indonesian Culture Exhibition ini tidak hanya diisi dengan penampilan luar biasa para mahasiswa, Indonesia Overseas Chinese Association juga turut mengisi acara dengan mempersembahkan tarian tradisional.
Comments