top of page

Perpustakaan Berjalan Kaohsiung Fasilitasi Ajang Diskusi Warga Indonesia dan Taiwan

Minggu, 7 Mei 2017. Bertempat di pelataran Kaohsiung Main Station (KMS) tepat di samping lapak Perpustakaan Berjalan Kaohsiung digelar diskusi dalam rangkaian hari buku dunia tahun 2017 dengan topik "Pengalaman kuliah di Yogyakarta."


Penyelenggara kegiatan ini Brilliant Time Bookstore Taipei, bekerjasama dengan Perpustakaan Berjalan Kaohsiung (PBK) dan disponsori oleh Kementerian Kebudayaan Taiwan. Tujuan dari kegiatan ini memberikan informasi khususnya kepada masyarakat Taiwan tentang pengalaman studi di Indonesia.


Chuan Lin Huang memaparkan pengalaman kuliah di Yogyakarta


Mahasiswa Taiwan Belajar Karawitan di Yogyakarta


ChuanLin Huang memaparkan pengalamannya kuliah selama setahun di Program Studi Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sekitar 10 orang warga Taiwan antusias mengikuti diskusi hari itu. Selain itu banyak juga hadir masyarakat, pekerja dan mahasiswa Indonesia di Taiwan.


Sekitar 90 menit diskusi berlangsung, Chuan Lin dalam pemaparannya menggunakan bahasa mandarin. Mahasiswa Indonesia mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan pembicara setelah proses diskusi berakhir. Panitia memberi kesempatan peserta menikmati makanan Indonesia dengan menyediakan jajanan khas yaitu: tiwul, agar-agar, lemper dan rujak.


Paradigma Baru tentang Indonesia

Banyak warga Taiwan yang berfikir bahwa Indonesia adalah negara yang belum berkembang dan tidak aman. Namun, setelah kuliah di Yogyakarta Chuan Lin (Lintang) kesannya terhadap Indonesia berubah.


Stella Halim, seorang WNI yang hadir bersama suami, Chiu Chien Ping (Warga Taiwan) membantu menerjemahkan bahwa Chuan (Lintang) bercerita bagaimana banyak orang Taiwan berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang belum berkembang, banyak teroris dan tidak aman untuk dikunjungi. Namun setelah Lintang kuliah di Yogyakarta, kesannya tentang Indonesia langsung berubah. Dia belajar untuk menyatu dengan kehidupan masyarakat Yogya, mempelajari kebudayaan dan tradisi sopan santun orang Jawa. Di awal kedatangannya di Yogyakarta ada perasaan agak takut, namun seiring perjalanan waktu mulai merasakan keramahan dan keakraban masyarakat Yogya. Sampai dia merasa berat hati saat harus meninggalkan Yogyakarta karena masa kuliahnya berakhir.


Beberapa peserta yang hadir memberi komentar dan tanggapannya. "Saya sangat mendukung sekali kegiatan itu. Hal ini dapat membuka mata dan pikiran masyarakat Taiwan yang belum mengetahui tentang Indonesia. Sehingga mereka mengetahui keramahan orang Indonesia dan juga keindahan alam dan budayanya," ungkap Chiu Chien Ping.


Dukungan Berbagai Pihak

Kegiatan diskusi di PBK ini mendapatkan dukungan dan apresiasi dari berbagai pihak, diantaranya dari PBK, PPI NKUAS, PPI Kaohsiung.


Andi Nova Ahmad mahasiswa NKUAS yang juga sebagai pengurus PPI Taiwan memberi tanggapan, "Kegiatan kemarin sangat positif dan menarik, karena selain menambah wawasan tentang budaya Indonesia juga sebagai bentuk promosi parawisata Indonesia bagi masyarakat Taiwan.


Angger Baskoro Ketua PPI Kaohsiung periode 2017/2018 menyampaikan, "Banyak hal yang bisa saya petik dalam kegiatan tersebut. Saya belajar budaya orang Taiwan, mereka datang on time sesuai dengan undangan yang disebar panitia. Lalu dari kegiatan diskusinya, sangat menarik karena mempromosikan nama Indonesia sehingga bisa menarik turis internasional berkunjung ke Indonesia".


Pihak penyelenggara dari Brilliant Time Bookstore yang diwakili Sima Ting Kuan Wu menyampaikan apresiasi kepada peserta yang hadir. Bila dibandingkan penyelenggaraan di kota lain, di Kaohsiung ini lebih banyak peminatnya untuk mendengarkan topik yang dibahas pada diskusi kali ini. Pemerintah Taiwan sangat mendukung kegiatan seperti ini selaras dengan kebijakan New South Bound Policy.


Riska, salah seorang relawan PBK yang juga mahasiswa NKUAS menyampaikan, "Sebagai relawan PBK, bentuk kerjasamanya kami memfasilitasi tempat dan membantu menyebar undangan. Tapi diluar ekspektasi, peserta hadir dengan antusias mendengarkan cerita warga Taiwan yang pernah tinggal di Indonesia. Saya justru heran, yang promosikan bagusnya negara kita adalah orang luar. Namun sebaliknya justru kita selalu bangga bila menceritakan negara maju seperti Amerika dan Eropa. Saran saya, agar pemerintah Indonesia ikut mendukung kegiatan positif seperti ini, baik perpustakaan sebagai wadah silaturahmi antar warga Indonesia maupun seminar atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan Wonderful Indonesia," ungkap Riska.


Kegiatan berakhir pada pukul 17.30, setelah itu peserta melanjutkan diskusi informal dengan pembicara dan dilanjutkan foto bersama. Beberapa pengunjung terlihat membaca dan meminjam maupun mengembalikan buku di lapak perpustakaan berjalan.


Foto bersama peserta diskusi


Kategori
Tautan
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page