Buruh Migran Indonesia Harumkan Geliat Sastra di TLAM 2017
- Penulis : Etty Diallova Editor : Jan Kristanto
- Oct 4, 2017
- 2 min read

Tak hanya sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara, Buruh Migran Indonesia (BMI) di Taiwan juga mengharumkan bangsa Indonesia di kancah international. Melalui Taiwan Literature Award of Migrants (TLAM), pekerja migran Indonesia mendominasi kontenstant sekaligus pemenang di perlombaan ini. TLAM adalah perlombaan sastra migrant di Taiwan yang diberlakukan untuk para perkerja migrant yang berada di Taiwan ataupun purna pekerja migrant dari Taiwan. Ini adalah kali keempat ajang bergengsi sastra migrant yang berhadiah total ratusan juta tersebut diselenggarakan. Pada tahun ini terdapat penambahan, yaitu Kategori Kaohsiung Special Award.

Perlombaan ini diikuti oleh para pekerja migrant se-Asia Tenggara: Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Sebanyak 312 kontestan mengikuti penulis di tahun ini. Para kontestant terdiri dari 131 naskah kontestant Indonesia, 104 Filipina, 69 Vietnam, dan 8 Thailand. Setelah melalui penyeleksian dan penilaian secara ketat terjaring 38 naskah di babak penyisihan, yang akhirnya terdapat 9 naskah yang dinobatkan sebagai pemenang TLAM 2017 dan berhak mendapatkan hadiah uang tunai dan trophy pada acara “Awards Ceremony of TLAM” yang diselenggarakan pada Minggu (1/10/17) di Formosa Boulevard Station (Dome of Light), Kaohsiung.
Acara penyerahan hadiah dimulai pada pukul 11.00 dengan penampilan Huwang Wei yang berkolaborasi dengan The Mandalas. Pada kesempatan ini hadir juga Walikota Kaohsiung Chen Ju, Kantor Ekonomi dan Budaya Manila Cabang Kaohsiung Lai Airen, Wakil Direktur Yayasan Demokrat Yang Huangmei, dan Direktur Museum Sastra Taiwan Liao Zhenfu.

Pada sambutannya, Walikota Kaohsiung Chen Ju mengatakan,”Sebuah kehormatan tahun ini Ceremony of TLAM 2017 dapat diselenggarakan di Kaohsiung, saya berharap acara ini bisa bergulir satu tahun di Taipei, satu tahun di Kaohsiung, dan akan menambah bonus untuk Kaohsiung Special award menjadi dua kali lipat.” TLAM 2017 ini Firts Prize jatuh pada naskah penulis asal Filipina, Knezzar Lactaoen, Jury Award diraih naskah bertajuk Rindu di Semangkuk Sup Kelereng Merah oleh Rahayu Wulansari asal Indonesia, disusul Choice Award, Kaki Pengganti oleh Riris Sirius, Chau dan Perahu Naga oleh Safitri Sadik, Tukang Pos dan Surat Kecil Untuk Ibu oleh Aiyu Nara Suprapto, dan Teen Choice Award diduduki oleh Etik Nurhalimah dengan naskah berjudul Merah, Tania Ross dengan Surat Rindu dari Balik Jeruji Besi, dan Joseph Christian asal Filipina. Sedangkan Kaohsiung Special Award diraih penulis asal Vietnam, Deng Anzhi. Seorang Warga negara Vietnam yang menikah dengan denganwarga Taiwan dan membuka usaha Toko Vietnam. Total keseluruhan para pemenang enam orang kontestan Indonesia, dua orang Filipina, dan satu orang Vietnam.

Pengalaman menarik dan penuh perjuangan dari sang juara Knezzar Lactoen, yang selalu membawa lipatan kertas kecil dan juga pena saat bekerja. Acapkali mendapatkan ide, ia menulisnya di kertas, dan menyalinkan dengan menulis di handphone setelah pulang kerja. Jerih payahnya berbuah manis dengan membawa pulang Firts Prize sebesar NTD 100.000 atau setara dengan 44 juta rupiah. Sedangkan salah satu pemenang Choice Award Aiyu Nara, rela terbang dari Hong Kong dan mengambil libur dua hari untuk menghadiri acara penyerahan tersebut.
Aiyu Nara menuturkan hadiah tersebut akan ia pergunakan untuk membiayai kebutuhan dua anaknya yang berada di Indonesia. “Tujuan saya mengikuti perlombaan ini, karena tertarik jumlah hadiahnya yang besar. Dan alhamdulilah saya menjadi salah satu pemenang sehingga hadiahnya bisa untuk membiayai kebutuhan anak-anak di Indonesia, “tutur Aiyu dengan rasa haru. Acara berlangsung dengan lancar dan meriah dan berakhir pukul 12.30 ditutup dengan sesi foto bersama.(ed)
[if !supportLineBreakNewLine] [endif]
Comments